Penulis:
Nasywa Azzahra Anwar
Menurut UU No. 14 tahun 2005, “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.”
Sebagai
seorang pendidik guru merupakan panutan untuk ditiru dan diteladani oleh siswa
baik dari sikap, perilaku, budi pekerti, berakhlak mulia, tekun dan mau
belajar. Guru juga berperan penting di dalam membentuk kepribadian siswa di
masa yang akan datang. Di sisi lain guru dikatakan memiliki peran ganda. Karena
guru merupakan pendidik untuk
menciptakan sikap dan perilaku yang bernilai moral dan agama serta sebagai pengajar yang bertujuan untuk
menyampaikan bahan ajar, menentukan alat evaluasi belajar yang digunakan untuk
menilai hasil belajar siswa.
Siswa akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi
tanpa keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran
saja akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan guru. Guru juga
memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan evaluasi
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru merupakan suatu profesi yang selalu
berkaitan dengan pendidikan anak-anak bangsa. eorang guruh harus memiliki
banyak pengetahuan dan keterampilan serta menguasai bahan ajar yang terdapat
dalam kurikulum untuk diajarkan kepada siswa.
Namaku Nasywa Az-zahra
Anwar. Aku bersekolah di SDIT Bina Insani Semarang, sekarang aku duduk di
bangku kelas 5. Aku adalah murid pindahan dari Kalimantan.
Setiap murid pasti
mempunyai guru favorit atau guru idola. Begitu juga denganku. Di sekolahku yang
sekarang, ada salah satu guru yang sangat aku idolakan. Pertama kali aku
melihat beliau, aku langsung terkesan. Orangnya baik dan ramah, berbeda sekali dengan pikiranku
sebelumnya. Beliau adalah wali kelasku. Namanya
Pak Hengki Firmansyah yang biasanya dipanggil Pak Hengki. Saat pindah
sekolah, pikiranku dipenuhi perasaan cemas,
bagaimana nanti guru baruku, teman baruku dan semuanya menjadi hal yang
benar-benar baru bagiku. Tapi, seiring waktu berjalan, semuanya menjadi
berubah. Aku mulai bisa beradaptasi dan mengidolakan Pak Hengki yang menjadi
wali kelasku. Dalam pikiranku sebelumnya, aku takut mempunyai guru yang tidak
sesuai keinginanku, kadang aku bersedih memikirkan semua itu, tapi lama
kelamaan aku merasa kalau Pak Hengki adalah guru yang aku impikan dari dulu.
Mengapa aku mengidolakan
Pak Hengki? Pertama, karena
semangatnya. Pak Hengki
selalu bersemangat saat mengajar sehingga membuat kami, selaku murid-muridnya
pun menjadi tertular semangatnya untuk belajar. Kedua, karena senyumannya. Yang
unik dari Pak Hengki –yang jarang aku temui pada guru lain- adalah setiap kali beliau mengajar beliau tidak
pernah lepas dari senyumannya. Walaupun terkadang aku dan teman-temanku membuat
kericuhan di kelas yang mungkin membuat beliau kesal, Pak Hengki selalu
tersenyum dengan tulus dan bersabar atas kelakuan murid-muridnya. Ketiga, karena
baik hati. Setiap ada ulangan, beliau akan memberi hadiah. Bagi siswa yang mendapatkan nilai 100
akan mendapatkan es cream sedangkan di bawah 100 (80 atau 90) akan mendapatkan
jajan.
Tapi terkadang aku selalu
merasa kasihan kepada para guru. Dulu, aku pernah melihat Pak Hengki ketiduran
di kelas, karena waktu istirahat para guru itu sangat sebentar. Hal itu berarti
jasa guru itu tidak akan bisa tergantikan oleh apapun. Walaupun menjadi guru
itu melelahkan, pekerjaan itu sangat mulia. Tentu saja, menjadi seorang guru
itu tidak gampang, banyak hal yang harus diketahui. Menjadi guru itu juga harus
bisa bersabar dengan sikap anak-anak yang berbeda beda.
Suatu hari, aku pernah
bertanya ke Pak Hengki, tentang hobi beliau. Ternyata hobi Pak Hengki adalah
membaca. Hobi membaca itu sudah digemari Pak Hengki sejak beliau masih SD. Ya,
memang sudah kelihatan dari penampilannya, bahwa orang yang memakai kaca mata
itu biasanya adalah seorang kutu buku, suka membaca buku untuk memperkaya ilmu
dan wawasan. Pak Hengki memang kelihatan masih sangat muda, tapi ternyata sudah
menikah dan punya anak satu, lucu sekali anaknya.
Selain membaca, Pak
Hengki juga suka menggambar, mewarnai dan melukis, dan hobi itu juga sama
denganku. Ketika sedang menjelaskan pelajaran, pembawaan beliau selalu santai
dan tidak tegang, sehingga mudah dicerna dan dan murid- murid merasa selalu
enjoy. Selama aku mengenal beliau, hanya satu kali melihat beliau sangat marah,
karena dua teman laki-laki di kelasku berantem dan berakibat fatal, sehingga
kedua orangtua mereka pun sangat terkejut dengan kejadian itu.
Ada pengalaman yang tidak
pernah aku lupakan, ketika pertama kali aku masuk dan tidak memakai seragam
sekolah dengan sabar beliau mengatakan, bahwa itu bukan suatu alasan untuk aku bersedih dan tidak percaya diri. Dengan
“kata-kata ajaib”nya itulah yang membuatku untuk bersemangat lagi dan belajar
untuk lebih mudah beradaptasi dengan lingkunganku yang baru.
Oh ya, saat aku harus
remidi Matematika, malamnya aku lupa untuk belajar. Namun, pagi harinya aku merasa
sangat mudah mengerjakannya. Itu disebabkan karena rumus-rumus ajaib Matematika
dari Pak Hengki dengan mudah berseliweran di benakku. Karena selama aku belajar
di kelas, aku tidak melihat wajah tegang di raut wajah Pak Hengki, yang ada
hanya senyum keceriaan dan kalimat-kalimat penyemangat yang sunggu ajaib.
Ummiku pernah bercerita
denganku, saat awal-awal aku menjadi murid baru di sekolahku, Pak Hengki
menanyakan pada ummiku tentang aku. Apakah aku termasuk anak yang pendiam?
Lantas, Ummiku pun bilang, kalau aku adalah anak yang mudah bersosialisasi dan
mudah berteman, hanya saja perlu waktu untuk penyesuaian. Saat kemarin
mengambil raport Ujian Tengah Semester (UTS), dengan senyum khasnya, Pak Hengki
mengatakan bahwa Nasywa adalah anak yang mudah berteman. Alhamdullilah, aku
jadi senang mendengarnya.
Alasan keempat aku
mengidolakan Pak Hengki adalah karena menurutku Pak Hengki adalah tipe guru
yang sangat memperhatikan murid-muridnya dalam segala bidang terutama yang
berkaitan dengan pelajaran, dan itu yang membuat aku semakin bersemangat
sekolah. Berkaitan dengan pilihan ekstrakurikuler di sekolahku, beliau juga
cermat dalam mengamati murid-muridnya, agar memilih sesuai dengan minat dan
bakat setiap murid. Saat aku memilih ekstra panahan, Pak Hengki menyarankan aku
untuk memilih ekstra art/seni, karena
menurut pengamatan beliau aku bakatnya menjurus ke art. Berarti Pak Hengki adalah tipe guru yang mencermati setiap
muridnya dan mengetahui bakat dan minat setiap murid-murid beliau. Benar saja,
setelah aku menjalani ekstra art ini,
aku merasa sangat menikmati setiap kegiatan dalam ekstra ini. Pernah aku merasa
inilah duniaku atau bakatku selain menulis.
Memiliki guru idola
menjadikanku semangat untuk pergi ke sekolah dan semangat belajar. Tentu saja
ini akan berdampak pada prestasi belajarku. Bagiku, guru idola harus memiliki
kriteria di bawah ini :
·
Sabar dan penyayang
·
Perhatian dan pengertian
·
Murah senyum dan selalu salam
·
Bertutur kata yang baik
·
Memberikan teladan yang baik pada muridnya
·
Disiplin dalam segala hal
·
Memahami keadaan setiap murid
·
Mempunyai wibawa, tegas tapi tidak galak
·
Jika di dalam kelas memberikan rasa tenang
dan nyaman
Sebenarnya
masih banyak lagi, baik kriteria -yang bisa juga menjadi sebuah harapan-
tentang hal-hal baik yang harus ada pada diri setiap guru. Bagi aku pribadi,
guru bukan saja sebagai sosok pengajar.
Namun, guru adalah teman, sahabat dan orang tua yang bisa senantiasa
memberikan kebaikan-kebaikan, baik itu nasihat, motivasi ataupun teladan.
No comments:
Post a Comment