“Salma, Salwa,
jangan lupa bekalnya dimasukkan tas, ya!” kata Bunda, sambil menggendong
Zhafran yang masih berusia 1 tahun. Zhafran sejak semalam rewel. Tidak mau
lepas dari gendongan Bunda.
“Siap, Bunda!”
jawab si kembar serempak. Lalu mereka memasukkan bekal istimewa buatan Bunda
itu ke tas masing-masing.
Setelah semuanya
siap, Salma dan Salwa segera berpamitan pada Bunda. Tak lupa mencium pipi
gembulnya Zhafran. Ayah sudah menunggu di luar dengan sepeda motornya.
Kalau berangkat
sekolah, si kembar diantar ayah, sekalian ayah berangkat bekerja. Ketika
pulang, mereka jalan kaki bersama teman-teman sekolahnya.
[*]
“Salma, Salwa,
hari Sabtu besok datang ya ke pesta ulang tahunku,” kata Azfa, teman sekelas
Salma dan Salwa. Azfa menyerahkan undangan bergambar Frozen pada si kembar.
Azfa juga membagi-bagikan undangan itu ke teman-teman satu kelas.
“Hmm, pasti pesta
ulang tahun Azfa nanti sangat meriah,” ucap Salwa sambil membaca undangan
cantik itu.
“Kita ngasih kado
Azfa apa, ya? Kayaknya dia sudah punya semuanya,” kata Salma lirih.
Percakapan mereka
terhenti. Bu Indri, guru kelas 4A, sudah datang. Pelajaran pertama adalah
Matematika. Semua murid kelas 4A memerhatikan dengan sungguh-sungguh.
Sepulang sekolah,
sambil berjalan menuju rumah, si kembar dan beberapa temannya asyik
membicarakan undangannya Azfa.
Si kembar sudah
punya ide kado yang akan mereka berikan ke Azfa besok Sabtu.
Sesampai di rumah,
Zhafran masih rewel. Kata Bunda, sepertinya Zhafran demam. Suhu badannya di
atas normal.
“Salma, tolong ambilkan
kunyit di keranjang bumbu, ya! Juga parutan kayu di rak,” perintah Bunda dengan
lembut.
Salma segera ke
dapur dan mencari kunyit di keranjang bumbu. Di keranjang bumbu, banyak sekali
bumbu dapur. Ada jahe, kunyit, kencur, lengkuas, sereh, dan masih banyak lagi.
Jahe hampir mirip
bentuknya dengan lengkuas, sedangkan kunyit hampir mirip dengan kencur. Salma mencari-cari
sebentar. Bunda dulu pernah bilang, kalau kunyit itu kulit luarnya berwarna
agak oranye, bagian dalamnya berwarna oranye segar.
“Pasti ini
kunyit!” Salma mematahkan sedikit lalu mencium baunya. Setelah yakin, ia segera
mengambil beberapa kunyit dan diletakkan di mangkok. Tak lupa Salma mengambil
parutan kayu.
Salwa mendapatkan
tugas dari Bunda untuk menjaga Zhafran. Bunda lalu memarut beberapa kunyit. Tangan
Bunda warnanya jadi kuning. Parutan kunyit itu lalu diusapkan ke kening Zhafran
secara perlahan, seperti dikompres.
Beberapa saat
kemudian, Zhafran sedikit lebih tenang.
“Bunda, kami izin ke toko depan, ya. Mau beli
kain flanel,” kata Salwa minta izin ke Bundanya. Bunda hanya mengangguk sambil
menggendong Zhafran yang mulai tertidur.
Malam harinya, si
kembar asyik membuat hiasan unik dari flanel. Salma pintar menggambar dan
membuat pola. Salwa jahitannya cukup rapi. Mereka bekerja bersama dengan
gembira, membuat kado yang unik untuk Azfa.
Akhirnya, jam
22.00, kado untuk Azfa pun selesai. Boneka cantik dari flanel dan ada
tulisannya ‘Azfa’. Tak lupa mereka menuliskan ucapan di sebuah kartu.
[*]
Sabtu sore, si
kembar dan teman-temannya sudah datang di rumah Azfa. Pesta ulang tahunnya
sangat meriah. Kue tart-nya bertingkat dan ada hiasan Frozen di atasnya.
“Dua hari lagi
kita ulang tahun. Tapi, kita tidak mungkin meminta Ayah dan Bunda untuk
membelikan kue ulang tahun seperti punya Azfa,” kata Salwa lirih.
“Iya, Zhafran juga
sedang sakit. Tidak enak minta macam-macam ke Bunda,” sahut Salma. Si kembar
membayangkan jika saja ayah dan bunda merayakan pesta ulang tahun mereka.
Setelah pesta
ulang tahun Azfa selesai, Salma dan Salwa segera pulang.
“Eh, dua bidadari
Ayah sudah pulang?” sapa Ayah saat si kembar masuk ke rumah. Ternyata Ayah
sudah di rumah. Zhafran terlihat lelap dalam gendongan ayah. Biasanya tiap hari
Sabtu selesai rapat di sekolah, ayah lanjut mengajar di bimbingan belajar. Ayah
seorang guru Biologi SMA.
Salma dan Salwa
mencium pelan kening Zhafran.
“Cepat sembuh, ya,
Zhafran,” gumam si kembar pelan.
[*]
Senin
yang seharusnya ceria. Hari ini Salma dan Salwa genap berusia 10 tahun. Mereka
berangkat ke sekolah dengan lesu, tidak seperti biasanya. Tak ada ucapan
selamat dari ayah maupun bunda. Semuanya tampak sibuk. Bunda sibuk dengan
Zhafran, ayah dari kemarin sibuk mengoreksi tugas-tugas siswanya.
Saat
sepeda motor ayah sampai di dekat gerbang sekolah...
“Ayah,
ingat nggak, hari ini...,” Salma mencoba memancing.
“Ayah
ingat hari ini ada upacara. Jadi, ayah harus segera ke sekolah,” kata ayah
sambil tersenyum penuh arti.
Si
kembar pun mencium punggung tangan ayah mereka dan segera ke kelas.
Sesampai
di kelas, teman-teman mengucapkan selamat ulang tahun untuk si kembar. Si
kembar sangat senang, tapi tetap saja ada yang kurang.
Saat
pelajaran terakhir, tiba-tiba Bu Indri masuk ke kelas. Salma dan Salwa sangat
terkejut ketika Ayah juga masuk ke kelas sambil membawa tumpeng nasi kuning.
Bunda juga, sambil menggendong Zhafran yang sudah tertawa-tawa ceria.
“Buat
bidadari kembar, Salma dan Salwa, selamat ulang tahun, ya! Ini hadiah spesial
dari Ayah, Bunda, dan Zhafran, Nasi Tumpeng
Curcuma Istimewa. Mari kita nikmati bersama,” kata ayah lalu tertawa
bahagia.
Salma
dan Salwa pun maju, lalu teman-teman menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Si
kembar memotong tumpeng. Ulang tahun kali ini terasa sangat istimewa.
Saat di rumah...
“Ayah,
kok namanya Nasi Tumpeng Curcuma Istimewa, sih?” tanya Salma.
“Curcuma itu nama ilmiah dari kunyit. Curcuma domestica tepatnya. Bisa jadi
bahan pewarna alami untuk membuat nasi kuning, Sayang,” jawab Ayah.
“Nah, istimewa karena
bunda sendiri yang membuat nasi kuning spesial buat kalian. Nih, tangan bunda
sampai warnanya kuning,” lanjut Bunda sambil tersenyum.
“Kunyit
juga bisa jadi obat buat Zhafran saat demam kemarin,” kata Salma.
“Terima kasih, Ayah.
Terima kasih, Bunda.”
Salma dan Salwa langsung memeluk ayah dan bundanya. Tak lupa mencium Zhafran, adik kesayangannya.
Penulis: Norma Keisya Avicenna
Cerpen anak ini pernah dimuat di Kompas Anak
No comments:
Post a Comment